Saturday 11 July 2015

"Seorang Ibu akan terus menyayangi anaknya walaupun anaknya telah tumbuh dewasa dan menua, tetapi seorang anak yang sudah dewasa dan berkeluarga, belum tentu sanggup untuk merawat ibunya yang sudah menua dan tidak berdaya".

"Seorang Ibu akan terus menyayangi anaknya walaupun anaknya telah tumbuh dewasa dan menua, tetapi seorang anak yang sudah dewasa dan berkeluarga, belum tentu sanggup untuk merawat ibunya yang sudah menua dan tidak berdaya".

Tulisan ini saya dedikasikan untuk Ibunda tersayang sebagai sosok perempuan inspiratif yang selalu memotivasi saya di dalam mengarungi perjalanan hidup di dunia ini.

Mungkin tidak akan ada yang membantah bahwa Ibu adalah seorang panutan bagi kita semua, jika pun ada yang membantah, mungkin mereka adalah orang-orang durhaka calon penghuni neraka.

Rasanya tak akan cukup kata-kata untuk menuliskan tentang sosok Ibu. Meskipun demikian, melalui tulisan ini saya mencoba untuk membongkar kembali memori-memori kenangan bersama Ibu.

Jauh raga tetap ku ingat, dekat raga selalu ku dekap. Hal ini yang saya lakukan di tengah sibuknya rutinitas dewasa ini. Saat ini usia Ibu 50 tahun, semakin bertambah usia Ibu, saya lihat wajahnya semakin menua dan mulai mengeriput, namun semangat hidup dalam memberikan kasihsayang terhadap keempat  anaknya tak pernah pudar, masih sama sejak dulu.

Secara fisik, mungkin Ibu tak sekuat seperti dulu ketika ia masih muda. Namun, itu tidak berlaku bagi kekuatannya untuk selalu ikhlas mendoakan ketiga anaknya sampai saat ini.

Dalam pendidikan, pada zamannya, Ibu saya bukanlah lulusan sarjana, bukan pula perempuan yang hidup bergelimang harta. Setahu saya, Ibu selalu hidup sederhana. Maklum, kami tidak dilahirkan dari garis keturunan keluarga kaya raya. Namun, dalam pandangan objektif saya, Ibu pandai, gigih dan sabar di dalam mendidik keempat anaknya. Mendidik dengan hati, bukan dengan mencaci, selalu memotivasi anak-anaknya, selalu memaafkan meski hatinya pernah merasa tersakitkan.

Sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, saya  sangat dekat kepada Ibu..

Saya sangat kagum adalah, Ibu tidak pernah mengeluhkan sikap dari anak - anaknya. Di sini saya menilai, bahwa Ibu adalah sosok pecinta anak-anaknya yang benar-benar mulia. Betapa tidak, selain adanya peran Ayah, Ibu juga memiliki peran yang sangat kuat di dalam menyekolahkan keempat anaknya.

Tetapi, dalam pandangan kritis saya, bahwa seorang anak sering lupa terhadap peran-peran Ibu yang sejak dulu selalu mendoakan agar anak-anaknya menjadi orang-orang sukses dan berpenghasilan serta mampu menafkahi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Seringkali saya berpikir, ketika kedua orangtua sudah menyekolahkan anak-anaknya hingga taraf pendidikan yang tinggi, agar mampu untuk berilmu dan berpikir lebih baik dan maju, sebagai anak kita sering lupa akan makna dari pendidikan yang telah kita dapat melalui biaya pendidikan yang bersumber dari keringat orangtua.

Tidak adil rasanya ketika kita sudah mampu menerapkan hasil dari pendidikan di dalam pekerjaan, dan kita telah mendapatkan gaji, justru uang tersebut lebih mendominasi untuk menafkahi istri. Itu dalam pandangan saya, mungkin hal ini yang saya lihat terjadi kepada  teman - teman saya yang sudah menikah. Mereka lebih dominan memerhatikan istri mereka, padahal ketika belum menikah, sejak kecil mereka adalah sumber prioritas dari berbagai pemenuhan kebutuhan di rumah, termasuk ketika saya masih kecil. Ibu selalu mengutamakan hal-hal untuk anak-anaknya, seperti membelikan susu, pakaian, perlengkapan sekolah dan mengaji, dan lain-lainya. Tulisan ini tidak untuk menempatkan sudut pandang tendensius, tetapi saya berupaya untuk memberi suatu penggambaran dari realitas yang terjadi di dalam keluarga, dan mungkin juga hal seperti ini banyak dialami dan dirasakan oleh kaum Ibu di bangsa ini.

Dan saat ini saya semakin merasa, betapa beratnya perjuangan Ibu untuk mendidik kami. Memang tidak seperti apa yang saya dapat di dunia akademik. Tetapi lebih dari itu, saya mendapat pendidikan langsung dari hati Ibu untuk membangun bagaimana cara berpikir dan merasa melalui kasihsayangnya. Sudah selayaknya dalam kondisi dan situasi apa pun Ibu harus menjadi yang utama di dalam kehidupan kita.
"Jika perempuan atau pun istri mencintai kita dari mata sampai ke hati, namun Ibu mencintai kita dari hati, rahim, dan bahkan sejak sebelum mengetahui bagaimana rupa dan bentuk kita". Jika Ibu tidak melahirkan dan mendidik saya sampai saat ini, mungkin saya tidak bisa menuliskan cerita tentangnya.

Ibu dalam kehidupanku
Seorang ibu adalah sesosok perempuan yang begitu sangat ku kagumi dan ku sayangi . Ia mampu menjadi sesosok guru dan teman terbaik untuk . semua keindahan yang ada di dunia , Tak mampu menandingi keindahan itu . Bagi saya ibu adalah segalanya .
Kedudukan ibu begitu sangat mulia bahkan islam , agama saya menjelaskan kedudukan nya itu .Sebuah Hadist Berkata “ Surga itu ada di bawah kaki ibu “ .
Allah memberi ke istemawaan itu untuk sesosok yang biasa saya sebut malaikat cinta itu . Keindahan puisi yang pernah saya  buat untuk nya tak dapat mewakili seluruh perasaan cinta untuknya . Perasaan ini begitu besar padanya .
Berbagai tokoh-tokoh besar yang ada di negeri kita di damping oleh sosok lembut itu , Bukan hanya itu Seniman kita seperti Melly Goeslow , Ungu dan penyanyi lainnya pernah membuat syair lagu yang begitu indah . Dan jujur ketika ku mendengarkan syair cinta itu butiran mutiara bening membasahi pipihku .
Lagu yang paling menjadi favorit saya  adalah Bunda dari Melly Goeslow . Bagaimana dengan kalian punya lagu favorit lainnya tidak ???
setiap orang mempunyai banyak pendapat yang berbeda untuk seorang ibu dan bagi saya  Ibu mampu menjadi inspirasi  di kalah bimbang untuk menulis apa . Setiap saya memikirkan mu saya selalu bisa merangkai kata-kata indah berbentuk puisi itu . Terimakasih ibu , Terimakasih atas kasih saying mu itu  . Semoga anak mu yang hina ini bias membangkan mu suatu saat nanti . Amin Ya Robb..

3 comments: