''Berawal saya mendengar cerita dari ustadzah oki setiana dewi tentang sosok alm Dr. Marwa
El-Sherbini!Pernahkah anda mendengar berita memilukan
yang menceritakan tentang pembunuhan sadis? Menusuk-nusuk korbannya
berkali-kali hingga mati, dan itu dilakukan di depan umum, bahkan di
depan keluarganya!!"
Dr. Marwa
El-Sherbini adalah seorang peneliti farmasi dan pemain handball asal
Mesir yang berusia 32 tahun dan berparas sangat cantik. Ia hijrah dari
Mesir ke Jerman pada tahun 2005 untuk mengikuti suaminya, Elvi Ali Okaz,
yang meneruskan kuliahnya setelah mendapatkan beasiswa kandidat Doktor
dari Lembaga Max Planck Institute for Molecular Cell Biology and Genetics.
Pada awalnya mereka berdua tinggal di Bremen, namun kemudian pindah ke
Dresden pada tahun 2008. Setelah ia, anaknya, dan suaminya menetap di
Dresden, kehidupan mereka tidaklah seperti yang mereka harapkan. Dresden
rupanya bukanlah kota yang ramah terhadap kaum muslim, terlebih lagi
terhadap seorang Muslimah berkerudung. Mereka mendapatkan cobaan berupa
seorang tetangga yang sangat membenci Islam. Orang itu, sebut saja Alex
W. (namanya ditutupi oleh pengadilan Jerman dan kemudian oleh mereka disebut Alex W. untuk melindungi ‘manusia laknat’ tersebut) pria
keturunan Jerman-Russia berusia 28 tahun yang setiap saat memberikan
cacian dan makian “Teroris”, “Pembantai”, “B**ch”, dll. kepada Marwa
El-Sherbini. Bahkan cacian dan makian tersebut dilontarkan oleh ‘manusia
laknat’ itu di tengah keramaian Kota Dresden, dan dilihat oleh
orang-orang sekitarnya, namun tak ada satupun yang menolong Marwa.
Bahkan beberapa kali pula sang ‘manusia laknat’ itu menarik-narik
kerudung yang Marwa kenakan untuk mencoba melepaskannya di depan umum,
dan Marwa pun membela dirinya.
Setelah
kejadian itu, Marwa melaporkan ‘manusia laknat’ itu ke polisi, dan
akhirnya diadili. Kemudian pengadilan memutuskan bahwa ‘manusia laknat’
itu bersalah atas tuduhan tindakan rasialis dan didenda sebesar 780 €
(Euro). Namun, sang ‘manusia laknat’ itu ternyata tidak mau menerima
hasil persidangan dan mengajukan banding. Banding di terima, dan dari
persidangan itulah kejadian tragis ini dimulai (1/7/2009). Saat
itu, Marwa yang sedang bersaksi ditikam oleh ‘manusia laknat’ itu dari
depan dan itu dilakukan berulang-ulang sebanyak 18 kali dalam waktu 30
detik! Yang lebih memilukan kejadian itu disaksikan langsung oleh
anaknya yang baru berusia 3 tahun, dan saat suaminya hendak menolong, ia
pun ikut ditikam dan ditembak oleh polisi penjaga persidangan. Sampai
saat ini tidak diketahui apakah tembakan itu disengaja atau meleset yang
seharusnya sasarannya adalah sang ‘manusia laknat’ tersebut. Marwa pun
meninggal seketika setelah menerima 18 kali hujaman pisau tersebut.
Sementara suaminya mengalami pendarahan kritis karena tertembak dan
tertusuk pisau ‘manusia laknat’ itu di bagian paru-parunya.
Jenazah Marwa El-Sherbini ditandu ribuan orang saat tiba pertama kali di Mesir
Apakah kisah ini berhenti di situ saja? Tidak!
Ternyata
pihak berwajib Jerman malah menutup-nutupi masalah ini!! Tidak ada
sekalipun media Eropa yang menjadikan kasus pembunuhan paling sadis di
Eropa ini sebagai Headline!!
Dan bahkan kita hampir tidak pernah mendengarnya dari media-media lokal Indonesia!!
saya sebagai kaum adam , tidak akan pernah melupakan perjuanganmu. Allahuakbar!!
Dan kini setiap tanggal 1 Juli diperingati sebagai HARI JILBAB INTERNASIONAL. untuk mengenang kepergian beliau.
No comments:
Post a Comment